Senin, 26 Desember 2011
Umar Bin Khattab
Utsman Bin Affan
Utsman Bin Affan |
Pada tahun
pertama dari khilafah Usman bin Affan, yaitu tahun 24 Hijriah, negeri
Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya, negeri ini pernah ditaklukkan,
tetapi kemudian dibatalkan. Pada tahun yang sama, berjangkit wabah demam
berdarah yang menimpa banyak orang. Khalifah Usman bin Affan sendiri
terkena sehingga beliau tidak dapat menunaikan ibadah haji. Pada tahun
ini, Usman bin Affan mengangkat Sa'ad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu'bah. Di tahun 25 Hijriah, Usman bin Affan memecat Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan sebagai gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Mu'ith (seorang shahabi dan saudara seibu dengan Usman bin Affan). Inilah sebab pertama dituduhnya Usman bin Affan melakukan nepotisme. Pada tahun 26 Hijriah, Usman bin Affan melakukan perluasan Masjidil Haram dengan membeli sejumlah tempat dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada tahun 17 Hijriah, Mu'awiyah melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa pasukannya menyeberangi lautan. Di antara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan istrinya, Ummu Haram binti Milhan al-Ansharish. Dalam perjalanan, Ummu Haram jatuh dari kendaraannya kemudian syahid dan dikuburkan di sana. Nabi saw pernah memberi-tahukan kepada Ummu Haram tentang pasukan ini, seraya berdoa agar Ummu Haram menjadi salah seorang dari anggota pasukan ini. Pada tahun ini, Usman bin Affan menurunkan Amru bin Ash dari jabatan gubernur Mesir dan sebagai gantinya diangkatlah Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dia kemudian menyerbu Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula, Andalusia berhasil ditaklukkan. |
Ali Bin Abu Thalib: Orang yang Dicintai Allah Dan Rasulnya
Sa'ad Bin Abi Waqqash, lelaki penghuni surga di antara dua pilihan
Sa'ad bin Abi Waqqash RA.
Lelaki penghuni surga di antara dua pilihan, iman dan kasih sayang. Malam telah larut, ketika seorang pemuda bernama Sa’ad bin Abi Waqqash terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. Ia merasa terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. Dalam keadaan yang demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang terang-benderang. Maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang benderang dengan cahaya tadi. Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa’ad bin Abi Waqqash melihat tiga orang lelaki, yang setelah diamati tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Abi Quhafah dan Zaid bin Haritsah.
Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa'ad bin Abi Waqqash tidak mau terpejam lagi. Kini Sa’ad bin Abi Waqqash duduk merenung untuk memikirkan arti mimpi yang baginya sangat aneh. Sampai sinar matahari mulai meninggi, rahasia mimpi yang aneh tersebut masih belum terjawab. Hatinya kini bertanya-tanya, berita apakah gerangan yang hendak saya peroleh. Seperti biasa, di waktu pagi, Sa’ad dan ibunya selalu makan bersama-sama. Dalam menghadapi hidangan pagi ini, Sa’ad lebih banyak berdiam diri. Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Namun, mimpi semalam dirahasiakannya, tidak diceritakan kepada ibu yang sangat dicintai dan dihormatinya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cinta Sa’ad hanya untuk ibunya yang telah memelihara dirinya sejak kecil hingga dewasa dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Lelaki penghuni surga di antara dua pilihan, iman dan kasih sayang. Malam telah larut, ketika seorang pemuda bernama Sa’ad bin Abi Waqqash terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. Ia merasa terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. Dalam keadaan yang demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang terang-benderang. Maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang benderang dengan cahaya tadi. Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa’ad bin Abi Waqqash melihat tiga orang lelaki, yang setelah diamati tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Abi Quhafah dan Zaid bin Haritsah.
Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa'ad bin Abi Waqqash tidak mau terpejam lagi. Kini Sa’ad bin Abi Waqqash duduk merenung untuk memikirkan arti mimpi yang baginya sangat aneh. Sampai sinar matahari mulai meninggi, rahasia mimpi yang aneh tersebut masih belum terjawab. Hatinya kini bertanya-tanya, berita apakah gerangan yang hendak saya peroleh. Seperti biasa, di waktu pagi, Sa’ad dan ibunya selalu makan bersama-sama. Dalam menghadapi hidangan pagi ini, Sa’ad lebih banyak berdiam diri. Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Namun, mimpi semalam dirahasiakannya, tidak diceritakan kepada ibu yang sangat dicintai dan dihormatinya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cinta Sa’ad hanya untuk ibunya yang telah memelihara dirinya sejak kecil hingga dewasa dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Said Bin Zaid Bin Amru Bin Nufail
Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi atau
sering juga disebut sebagai Abul A'waar lahir di Mekah 22 tahun sebelum
Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan
masuk surga oleh Nabi saw. "Wahai Allah, jika Engkau mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Sa’id diharamkan pula daripadanya.” (Doa Zaid untuk anaknya Said). Ayah Said bernama Zaid bin Amru bin Nufail, tidak suka dan tidak pernah mau mengikuti ajaran jahiliyah. Beliau, yang diberi gelar Hanif, adalah penyelamat bayi perempuan yang ingin di bunuh oleh bapaknya pada masa tersebut dan mengambilnya sebagai anak angkat. Beliau juga tak pernah menyekutukan Allah, juga tak pernah menggunakan apa pun sebagai perantaranya dengan Allah. Beliau pernah mempelajari agama Yahudi dan Nasrani, tapi masih juga tak puas, sampai akhirnya beliau bertemu dengan seorang rahib yang memberi tahu bahwa Allah akan mengirimkan seorang Nabi dari kalangan bangsa Arab. Oleh karena itu beliau memutuskan untuk kembali ke Mekah. Di tengah jalan beliau terbunuh oleh kawanan perampok sehingga tak sempat kembali ke Mekah. Tapi doanya agar Allah tidak menghalangi anaknya masuk Islam sebagaimana beliau terhalang, terkabul. Allah memperkenankan doa Zaid. Pada waktu Rasulullah saw mengajak orang banyak untuk masuk Islam, Said segera memenuhi panggilan Islam. Said bin zaid menjadi pelopor orang-orang beriman dengan Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad saw. |
Abu Ubaidah Bin Jarrah
Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al Harits bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah. termasuk orang yang pertama masuk Islam, beliau memeluk Islam selang sehari setelah Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq memeluk Islam. Beliau masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazun dan Arqam bin Abu al-Arqam, di tangan Abu Bakar as Shiddiq. Sayyidina Abu Bakar yang membawakan mereka menemui Rasulullah saw untuk menyatakan syahadat di hadapan Baginda. Kualitasnya dapat kita ketahui melalui sabda Nabi saw: “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Abu Ubaidah bin Jarrah lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah yang dijuluki dengan nama Abu Ubaidah. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, beliau disenangi oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang. Wajahnya mudah sekali berkeringat, kedua gigi serinya tanggal, dan tipis rambut jenggotnya. Dia memiliki dua orang anak yang bernama Yazid dan Umair. Kedua anak itu merupakan buah hatinya dengan sang istri yang bernama Hindun bin Jabir. Namun, keduanya telah meninggal dunia sehingga dia tidak lagi memiliki keturunan. |
Thalhah bin Ubaidillah
Thalhah bin Ubaidillah, Syahid ketika masih Hidup Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Ibunya bernama Ash-Sha'bah binti Al Hadrami, saudara perempuan Al Ala'. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai seorang muslimah. Beliau seorang pemuda Quraisy yang memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua. Pada suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah bin Ubaidillah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak,"Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?." "Ya, aku penduduk Makkah," sahut Thalhah. "Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?" tanyanya. "Ahmad yang mana?" "Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung pendeta itu. Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, hingga tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya,"Ada peristiwa apa sepeninggalku?" "Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar As Siddiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya," jawab mereka. "Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy," gumam Thalhah bin Ubaidillah lirih. Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah langsung mencari Abu Bakar As Siddiq. "Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?" "Betul." Abu Bakar As Siddiq menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira' sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar As Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk masuk Islam. Usai Abu Bakar As Siddiq bercerita Thalhah bin Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar As Siddiq tercengang. Lalu Abu Bakar As Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah bin Ubaidillah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. |
Zubair Bin Awwam
Abdurrahman Bin Auf
Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan yang
mula-mula masuk Islam, termasuk kelompok sepuluh yang diberi kabar
gembira oleh Rasulullah masuk surga, termasuk enam orang sahabat yang
bermusyawarah (sebagai formatur) dalam pemilihan khalifah sesudah Umar bin Khattab,
dan seorang mufti yang dipercayai Rasulullah saw untuk berfatwa di
Madinah selagi beliau masih hidup di tengah-tengah masyarakat kaum
muslimin. Namanya pada masa jahiliah adalah Abdul Amar keturunan Bani Zuhrah, lahir tahun 580 M dan setelah masuk Islam Rasulullah saw memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah saw masuk ke rumah Al-Arqam, yaitu dua hari sesudah Abu Bakar ash Shidiq masuk Islam. Sama halnya dengan kelompok kaum muslimin yang pertama-tama masuk Islam, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy, tetapi dia sabar dan tetap sabar. Pendiriannya teguh dan senantiasa teguh. Dia menghindari dari kekejaman kaum Quraisy, tetapi selalu setia dan patuh membenarkan risalah Nabi Muhammad saw. Kemudian dia turut pindah (hijrah) ke Habasyah bersama-sama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan kaum Quraisy yang senantiasa menerornya. |
Hamzah Bin Abdul Muthalib: Singa Allah
Bilal Bin Rabah
Bilal bin Rabah adalah seorang budak yang berasal dari Habasyah
(sekarang disebut Ethiopia). Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira
34 tahun sebelum hijrah dari seorang ayah yang dikenal dengan panggilan
Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah
seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Oleh
karenanya, sebagian orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya
budak hitam). Masa kecil Bilal dihabisakan di Mekah, sebagai putra dari seorang budak, Bilal melewatkan masa kecilnya dengan bekerja keras dan menjadi budak. Sosok Bilal digambarkan sebagai seorang yang berperawakan khas Afrika yakni tinggi, besar dan hitam. Dia menjadi budak dari keluarga bani Abduddar. Kemudian saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang yang menjadi tokoh penting kaum kafir. Bilal termasuk orang yang teguh dengan pendiriannya. Ketika Rasulullah Saw mulai menyampaikan risalahnya kepada penduduk Mekah, beliau telah lebih dahulu mendengar seruan Rasulullah saw yang membawa agama Islam, yang menyeru untuk beribadah kepada Allah yang Esa, dan meninggalkan berhala, menggalakkan persamaan antara sesama manusia, memerintahkan kepada akhlak yang mulia, sebagaimana beliau juga selalu mengikuti pembicaraan para pemuka Quraisy seputar Nabi Muhammad saw. |
Zaid bin Haritsah
Abdullah bin Ummi Maktum
Sabtu, 17 Desember 2011
Mimpi Umar bin Khattab
Beliau adalah Pemimpin Kaum Muslimin setelah Sayyidina Abu Bakar
Shiddiq wafat. Gelarnya adalah Al Faruq yang artinya pembeda antara yang
haq dan yang bathil. Beliau wafat pada tahun 23 H. Diriwayatkan dari Umar bin Hamzah bin Abdullah, dari pamannya, Salim dari bapaknya, Umar berkata, "Aku melihat Rasulullah SAW di dalam mimpi, dimana aku melihat beliau sedangkan beliau tidak memandangku. Maka aku berkata, "Ya Rasulullah, kenapa aku?" Beliau bersabda, "Bukankah kamu yang mencium istrimu pada saat kamu berpuasa?!" Maka aku berkata, "Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan mencium istriku lagi setelah ini saat aku berpuasa." |
Mimpi Utsman bin Affan
|
Beliau adalah Khalifah Rasyidin, Pemimpin Kaum Muslimin yang mendapat
petunjuk yang ketiga. beliau memiliki gelar Dzun Nurain karena menikahi
dua putri nabi SAW yang salah satunya setelah yang lain meninggal.
Beliau wafat pada tahun 35 H. Diriwayatkan dari Ummu Hilal binti Waki', dari seorang istri Utsman, ia berkata, "Suatu kaum akan membunuhku." Maka aku berkata, "Tidak, wahai Amirul Mukminin." Kemudian beliau berkata, "Sesungguhnya aku bertemu Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar di dalam mimpi. Maka mereka berkata, "Berbukalah bersama kami malam ini." atau mereka mengatakan, "Sesungguhnya kamu akan berbuka bersama kami malam ini." Diriwayatkan oleh Abdullah bin Salam, ia berkata, "Aku datang kepada Utsman untuk menyalaminya, sedangkan ia dalam keadaan dikepung. Aku masuk menemuinya, maka ia berkata, "Selamat datang wahai saudaraku. Aku melihat Rasulullah SAW tadi malam di pintu kecil ini. Ia berkata, "Pintu kecil itu ada di dalam rumah." Maka beliau (nabi) berkata, "Wahai Utsman, apakah mereka telah mengepungmu?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bertanya lagi, "Apakah mereka telah membuatmu haus?" Aku menjawab, "Ya." Maka beliau menuangkan cawan besar yang berisi air, kemudian aku meminumnya sampai kenyang, sampai-sampai aku merasakan dinginnya di antara dada dan pundakku. Dan beliau SAW berkata, "Jika kamu mau, berbukalah di rumah kami. Maka aku memilih berbuka di rumah beliau SAW. Maka kata Abdullah bin Salam, Utsman dibunuh pada hari itu. |
Mimpi Ali bin Abi Thalib
Beliau adalah adik sepupu Rasulullah SAW sekaligus
menantunya dan termasuk orang yang pertama masuk islam dari kalangan
anak-anak. Beliau adalah Khalifah setelah terbunuhnya Utsman bin Affan.
Julukannya adalah Abu Turab. Beliau wafat pada tahun 40 H setelah
beberapa hari terluka karena tikaman Ibnu Muljam.
Muhammad
Sa’ad menceritakan sebuah riwayat dari Ali ra. Ali berkata,
“Sesungguhnya aku pada malam itu (yaitu saat Ibnu Muljam membunuhnya
pada pagi harinya) membangunkan keluargaku, kedua mataku menguasaiku
hingga aku tertidur saat aku duduk. Maka aku melihat Rasulullah SAW. Dan
aku bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa aku menemukan di antara ummatmu
orang-oran yang bengkok dan suka bertengkar?” Rasulullah SAW berkata,
“Doakanlah atas mereka.” Maka aku berdoa,” Ya Allah, gantikanlah
perlakuan mereka terhadapku dengan yang lebih baik bagiku. Dan
gantikanlah yang lebih buruk untuk mereka.”
|
Mimpi Husein bin Ali
Suatu hari Husein bin Ali sedang duduk di depan rumahnya sambil
memeluk pedangnya. Ketika ia menundukkan kepalanya, saudarinya, Zainab
binti Ali mendengar suara teriakan. Ia mendekati saudaranya, seraya
berkata, "Wahai saudaraku, tidakkah kamu mendengar suara keributan telah
mendekat?" Maka Husein mengangkat kepalanya dan berkata, "Sesungguhnya
aku melihat Rasulullah SAW di dalam mimpiku dimana beliau berkata
padaku: 'Sesungguhnya kamu menuju kepada kami.' Maka saudarinya itu
menjadi bersedih dan berkata, "Alangkah celaka aku!" Maka Husein
berkata, "Kamu tidak celaka, wahai saudariku, tempatkanlah kasih
sayangmu dengan Allah Yang Maha Pemurah." Tak lama, Husein gugur di padang Karbala. Seluruh keluarganya habis terbantai, kecuali seorang anaknya yang bernama Ali yang berhasil diselamatkan oleh Zainab. |
Mimpi Hasan bin Ali
Beliau adalah cucu Rasulullah SAW serta pemuka para ahli surga. Beliau wafat sebagai syahid.
Diriwayatkan
oleh Filfilah Al Ja’fi, ia berkata, “Aku mendengar Hasan bin Ali ra.
berkata, “Aku melihat nabi SAW bergelantung di atas Arsy, dan aku
melihat Abu Bakar ra. memegang kedua pinggang nabi SAW serta melihat
Umar ra. memegang kedua pinggang Abu Bakar ra. dan juga melihat Utsman
ra. memegang pinggang Umar ra. serta melihat darah bercucuran dari
langit ke bumi.” Maka Hasan menceritaka mimpi ini pada orang di
sekelilingnya (kaum syi’ah), maka mereka bertanya, “Tidakkah kau melihat
Ali?” Hasan menjawab, “Tidak seorang pun yang paling suka aku
melihatnya memegang kedua pinggang nabi SAW daripada Ali. Akan tetapi
ini adalah sebuah mimpi.”
|
Mimpi Bilal bin Rabah
|
Beliau adalah Muazzin di zaman Rasulullah SAW, termasuk
golongan sahabat yang ikut dalm perang Badar. Nabi SAW telah bersaksi
atas penetapannya sebagai ahli surga. Setelah Rasulullah SAW wafat,
karena tak kuat menanggung kesedihan hati akan ingatannya kepada
Rasulullah SAW, Bilal pindah ke negeri Syam. Bertahun kemudian Bilal melihat Rasulullah SAW di dalam mimpinya di negeri Syam. Rasulullah berkata, "Kenapa kamu berlaku tidak ramah, wahai Bilal? Bukankah kini telah datang waktunya bagimu untuk menziarahiku?" Maka Bilal bangun dalam keadaan bersedih dan langsung bergegas menuju kota Madinah. ia lalu mendatangi makam Rasulullah SAW dan disana ia menangis. |
Mimpi Tentang Imam Bukhari
Beliau adalah seorang imam terkemuka ahli
hadits. Namanya adalah Muhammad bin Ismail Al Bukhari. Gelarnya adalah
Amirul Mukminin fil Hadits yang artinya Pembesar Kaum Mukminin dalam
ilmu hadits. Beliau mengarang kitab yang seluruhnya berisi hadits-hadits
shahih. Beliau wafat pada tahun 256 H.
Diriwayatkan
dari Muhammad bin Yusuf Al Fibrari, ia berkata, ‘Aku mendengar Najm bin
Fadhil, seorang ahlul ilmi berkata, “Aku bermimpi melihat nabi SAW
keluar dari kota Masiti, sedangkan Muhammad bin Ismail Al Bukhari berada
di belakangnya, dimana bila nabi SAW melangkahkan kakinya, Al Bukhari
pun melakukan hal yang sama dan meletakkan kakinya di atas langkah nabi
SAW dan mengikuti bekas langkahnya.”
Diriwayatkan
dari Muhammad bin Muhammad bin Makki, ia berkata, “Aku mendengar Abdul
Wahid bin Adam Ath-Thawwisi berkata, ‘Aku mimpi bertemu Rasulullah SAW
dan sekelompok sahabatnya, beliau sedang berhenti di suatu tempat, maka
aku mengucapkan salam dan beliau menjawabnya. Aku bertanya, ‘Kenapa
engkau berhenti, Ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku menunggu Muhammad
bin Ismail Al Bukhari.’ Dan setelah beberapa hari datang berita
kepadaku tentang wafatnya Al Bukhari. Setelah aku perhatikan, ia wafat
pada waktu aku mimpi bertemu Rasululah SAW.”
|
Mimpi Ummu Salamah
Ia adalah Ummul Mukminin, istri Rasulullah SAW. Ia termasuk wanita yang tercantik dan termulia dalam silsilah keturunannya. Ia wafat tahun 61 H. Diriwayatkan oleh Razim, ia berkata, "Salma meriwayatkan padaku, ia berkata, "Aku datang ke rumah Ummu Salamah di saat ia sedang menangis. Maka aku bertanya, "Apa yang menyebabkan kamu menangis?" Ia menjawab, "Aku bertemu Rasulullah SAW di dalam mimpi. Di kepala dan janggutnya terdapat debu, maka aku bertanya, "Kenapa engkau, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku baru saja menyaksikan pembunuhan Husein." Tak lama terdengar kabar oleh penduduk Madinah bahwa Sayyidina Husein telah terbunuh di Karbala. Dan Ummu Salamah adalah termasuk orang yang pertama kali mengetahui kejadian syahidnya Sayyidina Husein. |
Mimpi Abu Musa Al Asy’ari
|
Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari suku Tamim. Beliau juga seorang ahli fikih dan qira’at.
Diriwayatkan
oleh Abu Musa , beliau berkata, “Aku melihat Rasulullah di dalam mimpi
sedang berada di atas gunung. Di sampingnya Abu Bakar. Dan beliau
(Rasulullah) sedang mengisyaratkan Umar untuk datang
kepadanya.” Maka aku mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,
dan ternyata benar, Amirul Mukminin Umar bin Khattab wafat!” Ia (Abu
Musa) ditanya, “Tidakkah kamu menulisnya (mimpi) itu kepada Umar?” Maka
Abu Musa berkata, “Tidak selayaknya aku mengucapkan berbela sungkawa
kepada Umar (karena Umar akan bertemu Rasulullah SAW).”
|
Mimpi Huzaimah bin Tsabit
|
Beliau adalah seorang sahabat Rasulllah SAW. Ia
diistimewakan karena kesaksiannya setara dengan kesaksian dua orang.
Beliau termasuk di dalam pasukan Ali dan memperoleh kemuliaan syahid
saat perang Shiffin.
Diriwayatkan oleh Utsman bin Sahl bin Hanif dan
Khuzaimah bin Tsabit, “Bahwa ia bermimpi mencium dahi nabi SAW.
Kemudian ia mendatangi Rasulullah SAW lalu ia menceritakan mimpinya
tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mempersilahkannya, lalu ia pun mencium
dahi Rasul.”
|
Mimpi Al Fasawi
Ia adalah ulama hadits yang bernama Abu Yusuf
Ya’kub bin Sufyan Al Fasawi. Beliau pengarang kitab At-Tarikh dan
Al-Masyikhah yang wafat di tahun 277 H.
Diriwayatkan
dari Muhammad bin Yazid Atthar, Aku mendengar Ya’kub Al Fasawi berkata,
“Aku banyak menyalin hadits di malam hari. Karena kebutuhan makin
banyak, dengan terburu-buru aku menulisnya hingga larut malam sehingga
mengakibatkan mataku berair dan tak dapat melihat. Hal itu membuatku
bersedih, karena hilangnya ilmu dariku dan aku menjadi terasing dari
sekitarku. Aku menangis hingga tertidur. Lalu aku bertemu Rasulullah SAW
dimana beliau memanggilku: ‘Wahai Ya’kub, kenapa kamu menangis?’
Akumenjawab, “Ya Rasulullah, penglihatanku hilang, sehingga aku sedih
tak bisa menulis sunah-sunahmu lagi dan aku terasing dari sekitarku.”
Beliau
bersabda, ‘Mendekatlah padaku.’ Maka aku lalu mendekat kepadanya. Lalu
beliau mengusapkan tangannya di atas mataku seakan-akan membacakan atas
keduanya. Kemudian aku terbangun dan aku dapat melihat, lalu aku
mengambil tulisanku dan duduk di depan lampu untuk meneruskannya.”
|
Mimpi Mahmud Al Ghaznawi
Ada seorang Sulthon (Raja) yang bernama Sulthon Mahmud Al Ghaznawi.
Sepanjang hidupnya Raja ini selalu menyibukkan dirinya dengan membaca
shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Setiap selesai shalat subuh, sang
raja membaca shalawat sebanyak 300.000 kali. Begitu asyiknya raja
membaca shalawat sebanyak itu, seolah-olah beliau lupa akan tugasnya
sebagai seorang raja, yang di pundaknya tertumpu berbagai tugas negara
dan berbagai macam harapan rakyatnya yang bergantung padanya. Sehingga
kalau pagi tiba, sudah banyak rakyatnya yang berkumpul di istana
menunggu sang raja, untuk mengadukan persoalannya. |
Mimpi Ibnu Arabi
Beliau adalah seorang sufi besar dari negeri Andalusia yang
mendapatkan gelar Syaikhul Akbar. Beliau menulis banyak kitab tentang
tasawuf, di antaranya yaitu Al Futuhatul Makkiyah dan Fushusul Hikam.
Beliau wafat tahun 638 H. Pada suatu kali beliau memikirkan masalah rumit yang menjadi perselisihan di kalangan ulama, yakni mengenai keutamaan dan kelemahan para malaikat dibandingkan dengan manusia (selain Rasulullah SAW, karena Rasul adalah seutama-utamanya makhluk ciptaan Allah). Ia, Ibnu Arabi berkata: Aku bertemu dengan Rasulullah SAW dalam mimpi dan aku bertanya mengenai persoalan ini setelah menuturkan silang pendapat di kalangan ulama. |
Mimpi Ahmad Ibnul Jalla
Abu Abdullah Ahmad bin Yahya Al Jalla', asli Baghdad dan pernah
tinggal di Ramlah dan Damaskus. Ia termasuk tokoh besar dari kalangan
syeikh sufi di Syam. Ia berguru pada Abu Turab, Dzunnun Al Mishri dan
Abu Ubaid Al Bishri serta kepada ayahnya sendiri, Yahya Al Jalla'. Ia berkata, "Pada suatu ketika aku pergi mengembara melintasi gurun dengan bekal yang seadanya. Sampai di kota Madinah, aku telah tidak memiliki apa pun. Aku lalu mendekati makam Rasulullah SAW, lalu berkata, 'Aku adalah tamu anda, wahai Rasulullah!' Tiba-tiba aku dilanda kantuk sehingga aku tertidur. Saat tertidur itu aku bermimpi bertemu nabi SAW dan beliau memberiku roti. Roti itu kumakan separuhnya, selanjutnya aku bangun. Ternyata separuh roti yang belum kumakan masih ada di tanganku." |
Mimpi Pengamal Shalawat
Pada suatu ketika, di musim haji, Sufyan ats-Tsauri tengah
melaksanakan thawaf di Baitullah. Ketika itu Sufyan melihat seorang
lelaki yang selalu membaca shalawat setiap ia melangkahkan kaki. Sufyan
lalu menghampiri laki-laki tersebut, dan menegurnya, "Wah, kalau begini
anda telah meninggalkan bacaan tasbih dan tahlil. Anda hanya terfokus
pada shalawat untuk nabi SAW saja. Apa alasan anda melakukan amalan
ini?"
Laki-laki itu kemudian balik bertanya kepada Sufyan, "Siapakah anda ini? Semoga Allah memberikan anda karunia kesehatan dan keselamatan!" Sufyan menjawab, "Aku Sufyan ats-Tsauri." Laki-laki itu berkata, "Baiklah, akan saya ceritakan kisah saya. Andaikata tidak karena anda adalah orang luar biasa di masa ini, niscaya saya tidak akan menceritakan karunia yang dianugerahkan kepada saya, dan niscaya saya tidak akan membuka rahasia yang diberikan Allah pada saya."
Laki-laki itu kemudian balik bertanya kepada Sufyan, "Siapakah anda ini? Semoga Allah memberikan anda karunia kesehatan dan keselamatan!" Sufyan menjawab, "Aku Sufyan ats-Tsauri." Laki-laki itu berkata, "Baiklah, akan saya ceritakan kisah saya. Andaikata tidak karena anda adalah orang luar biasa di masa ini, niscaya saya tidak akan menceritakan karunia yang dianugerahkan kepada saya, dan niscaya saya tidak akan membuka rahasia yang diberikan Allah pada saya."
Mimpi Abul Mawahib Asy-Syadzili
Beliau memiliki nama lengkap Syaikh Muhammad Abul Mawahib
Asy-Syadzili, murid dari Syaikh Abu Sa’id Ash-Shafrawi. Beliau adalah
seorang ulama besar yang pernah mengajar di Universitas Al Azhar, Mesir.
Beliau sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah saw.
Beliau pernah menyatakan: Aku bermimpi melihat Rasulullah saw berada di lantai atas Universitas Al Azhar pada tahun 825 H, lalu beliau meletakkan tangannya di dadaku dan bersabda: “Wahai anakku, ghibah itu haram hukumnya. Tidakkah kau mendengar firman Allah SWT : Janganlah sebagian kamu membicarakan keburukan (ghibah) sebagian yang lain.”
Beliau pernah menyatakan: Aku bermimpi melihat Rasulullah saw berada di lantai atas Universitas Al Azhar pada tahun 825 H, lalu beliau meletakkan tangannya di dadaku dan bersabda: “Wahai anakku, ghibah itu haram hukumnya. Tidakkah kau mendengar firman Allah SWT : Janganlah sebagian kamu membicarakan keburukan (ghibah) sebagian yang lain.”
Mimpi Hasan Al Bashri
Imam Hasan Al Bashri yang digelari oleh umat sebagai Imamut Tabi’in
(Pemimpinnya Para Tabi’in), pada suatu ketika mengalami kebingungan dan
kegelisahan dalam dakwahnya. Maka ia pun lalu berkhalwat, menyendiri di
suatu tempat untuk beribadah kepada Allah. Lalu ia bermimpi bertemu
Rasulullah Saw sedang berdiri di Padang Arafah sambil menangis di
hadapan ummatnya
Langganan:
Postingan (Atom)