Imam Hasan Al Bashri yang digelari oleh umat sebagai Imamut Tabi’in
(Pemimpinnya Para Tabi’in), pada suatu ketika mengalami kebingungan dan
kegelisahan dalam dakwahnya. Maka ia pun lalu berkhalwat, menyendiri di
suatu tempat untuk beribadah kepada Allah. Lalu ia bermimpi bertemu
Rasulullah Saw sedang berdiri di Padang Arafah sambil menangis di
hadapan ummatnya
. Rasulullah saw bersabda:
“Sampai hati kalian
berkata kepadaku: ‘kami sudah tak mampu lagi membantumu, wahai
Rasulullah…’ Padahal aku tak akan mampu mengatakan ucapan itu pada
kalian kelak di Hari Kebangkitan. Dan airmataku, demi Allah, telah
berlinang mendengar ucapan kalian itu.
Sampai hatikah kalian
mengatakan kepadaku: ‘kegembiraanmu sementara harus dibatasi dulu, wahai
Rasulullah…’ Padahal siang malam kedua tanganku selalu terangkat untuk
kegembiraan kalian.
Sampai hatikah kalian mengatakan kepadaku:
‘kami tak berani mengambil resiko untuk membelamu, wahai Rasulullah…’
Padahal aku tak pernah peduli akan resiko yang menimpaku untuk menolong
kalian.
Demi samudera kelembutan Allah yang memenuhi dadaku,
aku tak akan tega memerintahkan kalian untuk mengambil resiko dalam
membantu urusanku.
Demi kerinduan kalian kepadaku, sampai hatikah kalian hingga masih takut resiko demi membela panjiku.
Ketika
seluruh manusia telah berkumpul, masing-masing dengan kebingungan,
masing-masing dengan kesulitan, masing-masing dengan ketakutan, maka
para malaikat menyingkirkan para manusia untuk membuka jalan bagi
kelompok besarku. Maka lewatlah aku dan puluhan ribu pengikutku dengan
dipayungi panji-panji yang bertuliskan namaku.
Seorang hamba
yang hina berusaha meninggikan kepalanya dan melambai-lambaikan
tangannya kepadaku dengan harapan aku akan memanggilnya ke dalam
rombonganku. Maka si hamba hina pun menjerit-jerit berteriak-teriak
memanggil-manggil namaku sambil berusaha menerobos pagar betis para
malaikat yang bertugas membuka jalan bagi kelompokku.
Namun
ketika ia berhasil menerobos untuk melihat wajahku dengan jelas, maka
kekecewaan merobek hatinya karena aku telah jauh melewatinya.
Maka
ia pun berteriak memanggil namaku ‘Ya Habibi Muhammad… Ya Habibi
Muhammad…’ sambil mengalirkan airmata kesedihan dan kecewa karena
ditnggalkan oleh orang yang paling dirindukannya.
Ia hanya dapat memandang dengan hati yang hancur dalam kesedihan, memandangi kepergian diriku yang selalu didambakannya.
Lalu
ia berkata kepada para malaikat, ‘sampaikan salamku pada kekasih
hatiku, Muhammad saw, bahwa aku sudah kembali ke tempat yang pantas
bagiku, dan sudah tercapai apa yang menjadi niatkuyakni menegakkan
panji-panji beliau, dan siksa neraka aku relakan bagi diriku demi
tercapainya dambaan hatiku yakni kegembiraan hati beliau.’
Kemudian ia pun berbalik dengan seribu kepiluan meninggalkan tempat yang dari tadi ia berharap dapat menatap wajahku.
Maka
kupanggil ia dari kejauhan, dilihatnya seluruh rombonganku berhenti,
karena Pemimpin mereka berhenti. Lalu hamba itu melihat bahwa akulah
yang memanggilnya, kekasih yang selalu dirindukannya. Kubentangkan kedua
tanganku sambil tersenyum lebar, dan aku akan berkata, “Aku tak akan
melupakanmu, wahai fulan… aku tak akan meninggalkanmu, wahai fulan… aku
tak akan membiarkan orang yang merindukanku, wahai fulan… Maka si hamba
hina pun berlari menunduk-nunduk untuk memelukku.
Ia kuberi
kesempatan melepas seluruh kerinduannya kepadaku. Ia kuberi hak untuk
mendapat kelembutan kasih-sayang dari orang yang paling didamba dan
dibelanya.
Sampai hatikah kalian menepis tanganku yang terulur
kepada kalian. Kutatap wajah kalian sambil berharap ada diantara kalian
yang akan meringankan kesedihanku.”
Demikian mimpi Imam Hasan Al Bashri yang tercantum dalam kitab beliau, Al Mahbub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar