Dimanakah sesungguhnya pusat nol derajat atau lokasi perputaran bumi?
Banyak orang meyakini bahwa kota Greenwich, salah satu kota di Inggris,
merupakan pusat nol derajat. Benarkah demikian?
Untuk sementara,
tampaknya jawaban itu benar. Sebab, belum ada pihak-pihak yang
menggantinya dengan nama baru. Greenwich dipercaya dan disepakati oleh
banyak ilmuwan perbintangan (ahli astronomi) sebagai pusat nol derajat
sebagai awal perhitungan waktu atau disebut Greenwich Mean Time (GMT) pada 1884.
Penetapan
kota Greenwich sebagai mula perhitungan waktu, menurut geolog Mesir Dr
Zaglur Najjar yang juga dosen ilmu bumi di Wales University, Inggris,
tidak terlepas dari pengaruh Inggris pada kala itu yang merupakan
kekuatan kolonial super power dunia.
Pada masa itu, hampir semua wilayah di dunia ini berada di bawah
kekuasaan Inggris. Pengaruh Inggris terhadap negara-negara bekas
jajahannya hingga kini bisa dilihat dengan adanya perkumpulan
negara-negara persemakmuran Inggris (Commonwealth).
Dari Greenwich-lah, bumi dibagi menjadi garis-garis bujur imajiner.
Setiap 15 derajat sama dengan satu jam. Dan, setiap 15 derajat dari sana
dihitung berbeda satu jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari dan
penanggalan internasional pun bermula dari bujur yang berjarak 180
derajat dari Greenwich.
Perbedaan waktu setiap belahan bumi juga
bisa dihitung berdasarkan posisi kita digaris bujur. Karena satu putaran
bumi itu memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu jam adalah pada 360
derajat/24= 15 derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat yang
memiliki perbedaan posisi bujur sebesar 15 derajat akan memiliki
perbedaan waktu satu jam. Inilah pembagian zona yang dirintis oleh orang
kanada, Sir Stanford
Fleming (1827-1915).
Sebagai
contoh, Indonesia dari Greenwich terletak di 95 derajat bujur timur
(BT) sampai 141 derajat BT. Jika dihitung dari garis nol derajat
(Greenwich), posisi di 95 derajat BT ini memiliki perbedaan waktu
sebanyak 95 derajat/15 derajat= tujuh jam lebih awal dari waktu di
Greenwich. Jika di London tepat tengah malam, di Jakarta adalah sudah
pukul tujuh pagi atau bisa juga disebut saat itu di Jakarta adalah
pukul +7 GMT.
Namun, kadang ada negara yang tetap menggunakan
patokan waktu berdasarkan kepentingan. Misalnya, Singapura. Negara ini
secara geografis masuk dalam wilayah Indonesia bagian barat, namun
perhitungan waktunya adalah mengikuti aturan Indonesia bagian tengah.
Hal ini disebabkan Singapura menyesuaikan waktu dengan Hongkong demi
keseragaman waktu perekonomiannya. Negara Cina yang terbentang begitu
luas sehingga seharusnya memiliki lebih dari empat zona waktu malah
lebih memilih satu zona waktu saja.
Mekah sebagai pengganti GMT.
April
tahun 2008, di Doha, Qatar, berlangsung hajatan ilmiah penting bagi
dunia islam. Sejumlah ilmuwan dan ulama Islam berkumpul dan berdiskusi
adanya kemungkinan peralihan perhitungan waktu yang sudah baku selama
ini, dari mengacu pada GMT sebagai meridian nol, berganti menjadikan
Mekah sebagai awal mula perhitungan waktu.
Hasil konferensi itu
menghimbau umat Islam sedunia untuk menjadikan Mekah-Ka'bah yang berada
di 21 derajat 25 menit lintang utara dan 39 derajat 50 menit bujur
timur, sebagai titik awal perhitungan waktu. Alasannya sederhana, yaitu
Mekah, menurut kajian ilmiah, adalah 'pusat bumi.'
Kajian itu dilakukan oleh Prof Dr Hosien Kamal El Din Ibrahim, ilmuwan asal Mesir, yang dipublikasikan di The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center. Pusat
penelitian yang berpusat di Kairo, Mesir, itu membuat peta baru dunia.
Dalam peta dunia itu, terlukis garis yang ditarik dari kota-kota di
penjuru dunia ke arah Mekah. Dengan menggunakan perkiraan matematika dan
kaidah spherical triangle (segitiga bola), Hosien menyimpulkan kedudukan Mekah berada di tengah-tengah darata bumi.
Mekah, tempat Ka'bah berada, disimpulkan merupakan 'pusat bumi.' Ini
sekaligus membuktikan bahwa bumi berkembang dari Mekah. Sebagaimana
lazim diketahui bahwa setiap tahun jutaan umat Islam sedunia mendatangi
Ka'bah di Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam salah satu proses
ibadah haji yaitu towaf, jutaan umat islam mengelilingi Ka'bah dengan
arah berlawanan arah jarum jam. Arah itu bertentangan dengan lazimnya
perputaran waktu sesuai perhitungan Greenwich.
Penelitian
menggunakan program komputer oleh Hosien, sebelumnya, juga pernah
dilakukan dengan perhitungan matematika sederhana oleh ilmuwan Islam, Abi Fadlallah Al Emary, yang meninggal pada 749 H. Peta itu kemudian diabadikan-nya dikitabnya yang berjudul Masalik Al Absar Fi Mamalik Al Amsar. Peta yang melukiskan arah kiblat Mekah juga dibuat oleh pemikir Islam, Al safaksy (meninggal
pada 958 H), yang menggunakan perhitungan astronomi. Hasil kajian dua
ilmuwan itu juga membuktikan bahwa Mekah adalah 'pusat bumi.'
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar