Sunah - Sunah dalam Sholat
Di dalam Sholat terdapat beberapa sunah yang bisa dikerjakan diantaranya:
Sunah ucapan dan Sunah perbutan
Yang dimaksud Sunah Ucapan dalam Sholat
1. Sunnah-Sunnah Ucapan:
a. Membaca do’a iftitah
Do’a iftitah yang paling baik adalah yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu. Dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat, beliau diam sejenak sebelum
membaca (al-Faatihah). Aku berkata, "Wahai Rasulullah, ayah ibuku
menjadi penebusmu. Saya melihat Anda terdiam antara takbir dan membaca
(al-Faatihah). Apakah yang Anda baca? Beliau berkata, "Aku membaca:
"اَللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللّهُمَّ اغْسِلْنِي
مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ الْبَرَدِ."
"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosaku sebagaimana Kau jauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku
sebagaimana kain putih tersuci dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari
dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan es (embun)."
b. Membaca isti'adzah
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca al-Qur-an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” [An-Nahl: 98]
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam: "Jika hendak shalat, beliau membaca do’a istiftah
lalu membaca:
"أَعُوْذُ بِـاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفَثِهِ."
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dari
syaitan yang terkutuk, dari bisikan, tiupan, dan godaannya."
c. Mengucapkan aaamiin
Dari Wa-il bin Hujr Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca: “وَلاَ الضَّالّيِنْ” beliau
mengucap “آمِيْن” sambil mengeraskan suaranya."
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَمَّنَ اْلإِمَامُ فَأَمِّنُوْا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ
تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ.
"Jika imam mengucap amin, maka ucapkanlah amin. Sesungguhnya orang yang
ucapan aminnya bertepatan dengan ucapan amin para Malaikat akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu."
d. Membaca (surat) setelah al-Faatihah
Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Pada dua raka'at
pertama shalat Zhuhur, Nabi Shallallahu 'alaihim membaca al-Faatihah dan
dua surat. Beliau memanjangkan raka'at pertama dan memendekkan raka'at
kedua. Terkadang beliau memperdengarkan (bacaan) ayatnya. Pada dua
raka'at pertama shalat 'Ashar beliau juga membaca al-Faatihah dan dua
surat. Beliau memanjangkan raka'at pertama shalat Shubuh dan memendekkan
raka'at kedua."
Juga dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Pada dua raka'at
pertama shalat Zhuhur dan 'Ashar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
membaca al-Faatihah dan surat. Beliau terkadang memperdengarkan (bacaan)
ayatnya. Pada dua raka'at terakhir beliau membaca al-Faatihah."
Disunnahkan membaca (surat) pada dua raka'at terakhir, jika dilakukan secara temporer (kadang-kadang)
Berdasarkan hadits Abu Sa'id: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
membaca (surat) pada dua raka'at shalat Zhuhur. Pada dua raka’at pertama
sekitar tiga puluh ayat. Dan pada dua raka'at terakhir sekitar lima
belas ayat. Atau dia berkata, "Separuhnya." Dan pada shalat 'Ashar pada
dua raka'at pertama setiap raka'atnya membaca sekitar lima belas ayat.
Sedang pada dua raka'at terakhir sekitar setengahnya."
Disunnahkan mengeraskan bacaan dalam shalat Shubuh dan dua raka'at
pertama pada shalat maghrib dan 'isya'. Serta memelankannya pada shalat
Dzuhur dan 'Ashar, juga pada raka'at ketiga dari shalat Maghrib dan dua
raka'at terakhir pada shalat 'Isya'."
e. Membaca tasbih saat ruku' dan sujud
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Aku shalat bersama Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam ruku'nya beliau membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ."
"Mahasuci Rabb-ku Yang Mahaagung."
Dan dalam sujudnya beliau membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى."
“Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi.”
Dari 'Utbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ruku', beliau membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ."
‘Mahasuci Rabb-ku Yang Mahaagung dan dengan memuji-Nya,’ tiga kali'.
Dan jika sujud membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ."
‘Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi dan dengan memuji-Nya,’ tiga kali."
f. Menambah do’a bangkit dari ruku'
"رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ."
Dengan salah satu tambahan berikut ini:
"مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ."
Jika suka, dibolehkan cukup sampai pada tambahan ini. Namun jika mau dibolehkan menyempurnakannya dengan ucapan:
"أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وُكُلُّنَا
لَكَ عَبْدٌ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ
وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ."
"Yang Maha berhak atas sanjungan dan kemuliaan. Serta Yang paling berhak
atas ucapan seorang hamba. Dan kami semua adalah hamba-Mu. Tidak ada
yang menghalangi apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang mampu
memberi apa yang Engkau tahan. Sehingga tidak bermanfaatlah bagi pemilik
kekayaan. Karena dari-Mu-lah kekayaan itu."
"رَبَّنَـا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارِكًا
فِيْهِ (مُبَارَكًا عَلَيِهِ)، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى."
"Ya Rabb kami, bagi-Mu-lah segenap pujian yang baik dan penuh berkah.
Sebagaimana yang disukai Rabb kami dan di-ridhai-Nya."
g. Membaca do’a di antara dua sujud
Dari Hudzaifah, dia berkata, "Pada saat berada di antara dua sujud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan:
"رَبِّ اغْفِرْ لِيْ، رَبِّ اغْفِرْ لِيْ."
"Ya Rabb-ku, ampunilah aku. Ya Rabb-ku, ampunilah aku."
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Pada saat berada di
antara dua sujud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucap:
"اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ."
"Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, tunjukilah aku dan karuniakanlah rizki kepadaku."
h. Mengucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah
tasyahhud awal.
Berdasarkan perbuatan beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Dahulu kami menyiapkan
siwak dan air wudhu' untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kemudian Allah membangunkan beliau pada malam hari menurut kehendak-Nya.
Beliau kemudian bersiwak dan wudhu' lalu shalat sembilan raka'at tanpa
duduk kecuali pada raka'at ke delapan. Kemudian beliau berdo’a kepada
Rabb-nya dan bershalawat atas Nabi-Nya. Setelah itu bangkit tanpa salam
lalu (melanjutkan) shalat (raka’at) kesembilan lantas duduk. Kemudian
memuji Rabb-nya, dan bershalawat atas Nabi-Nya, berdo’a, lalu salam...
i. Membaca do’a baik setelah tasyahhud awal maupun kedua
Adapun pada tasyahhud awal, maka dalilnya adalah:
Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِذَا قَعَدْتُمْ فِيْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَقُوْلُوا: اَلتَّحِيَّاتُ
للهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَـاتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا
النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلى
عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَشْـهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. ثُمَّ لِيَتَّخِيْرَ
أَحَدُكُمْ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبُهُ إِلَيْهِ، فَلْيَدْعُ رَبَّهُ
عزوجل."
"Jika kalian duduk pada setiap dua raka'at, maka ucapkanlah: ‘Segala
penghormatan hanya bagi Allah. Begitupula seluruh pengagungan dan
kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas engkau, wahai Nabi.
Begitupula kasih sayang Allah dan berkah-Nya. Mudah-mudahan
kesejahteraan tercurahkan atas kita semua dan para hamba Allah yang
shalih. Aku bersaksi tidak ada ilah yang layak diibadahi selain Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.’ Setelah
itu, hendaklah salah seorang di antara kalian memilih do’a yang paling
ia sukai lalu hendaklah ia berdo’a kepada Rabb-nya Azza wa Jalla."
Sedangkan pada tasyahhud yang kedua, maka dalilnya adalah:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ اْلآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ
بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَـا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيْحِ
الدَّجَّالِ.
"Jika salah seorang di antara kalian selesai dari tasyahhud akhir, maka
hendaklah ia berlindung dari empat perkara: dari siksa Jahannam, siksa
kubur, fitnah kehidupan dan fitnah kematian, serta kejahatan al-Masih
ad-Dajjal."
j. Mengucapkan salam yang kedua
Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm dulu mengucapkan dua kali
salam. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu
anhuma : "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucap salam ke kanan dan
ke kiri:
"اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ."
“Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas kamu sekalian, begitu pula rahmat Allah dan berkah-Nya.”
Dan:
"اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ."
“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tercurahkan kepada kamu sekalian.”
Hingga tampaklah putih pipinya."
Terkadang beliau mengucapkan salam sekali saja, sebagaimana diriwayatkan
dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
mengucap salam dalam shalat dengan sekali salam dari depan wajahnya
dengan sedikit miring ke sisi kanan."
2. Yang dimaksud Sunah Perbuatan dalam Sholat
Sunnah-Sunnah Perbuatan:
a. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram
Begitupula ketika ruku', i'tidal, serta bangkit dari tasyahhud awal.
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma : "Ketika memulai shalat, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya setinggi bahu,
begitupula saat takbir hendak ruku'. Beliau juga mengangkat keduanya
saat mengangkat kepala dari ruku'."
Juga dari Nafi': "Jika Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma memulai shalat,
dia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya. Jika hendak ruku', dia
angkat kedua tangannya. Dan saat mengucapkan: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ" dia angkat kedua tangannya. Dan jika bangkit dari dua raka'at,
dia angkat kedua tangannya. Dia menisbatkannya kepada Nabi Allah
Shallallahu 'alaihi wa sallam."
Disunnahkan mengangkat kedua tangan secara kadang-kadang ketika turun dan bangkit.
Berdasarkan hadits Malik bin al-Huwairits: “Dia melihat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya dalam shalat ketika ruku',
ketika mengangkat kepala dari ruku', ketika sujud, dan ketika
mengangkat kepala dari sujud. Hingga beliau menyejajarkan kedua
tangannya dengan bagian atas telinganya.”
b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada
Dari Sahl bin Sa'd, dia berkata, "Dulu orang-orang diperintahkan agar
masing-masing mereka meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
dalam shalat." Abu Hazim berkata, "Aku tidak mengetahui melainkan hal
itu dinisbatkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam."
Juga dari Wa-il bin Hujr, dia berkata, "Aku shalat bersama Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau meletakkan tangan kanannya di atas
tangan kirinya di atas dada."
c. Melihat ke tempat sujud
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Ketika Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki Ka'bah, tidaklah pandangannya
bergeser dari tempat sujudnya. Hingga beliau keluar darinya."
d. Melakukan perbuatan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini ketika ruku'
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Jika Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ruku', beliau tidak mendongakkan kepalanya
dan tidak pula merundukkannya. Akan tetapi di antara keduanya."
Dan dari Abu Humaid ketika menggambarkan shalat Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam, dia berkata, "Jika ruku', beliau tekankan kedua tangannya
pada kedua lutut. Kemudian beliau rentangkan punggungnya dengan lurus."
Juga dari Wa-il bin Hujr, "Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ruku', beliau rentangkan jari-jemarinya."
Dari Abu Humaid: "Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ruku',
beliau letakkan kedua tangannya di atas lututnya seakan-akan
mengenggamnya. Kemudian beliau merenggangkan (sedikit membengkokkan)
kedua tangannya dan menjauhkannya dari lambung."
e. Mendahulukan kedua tangan daripada kedua lutut ketika turun sujud
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيْرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ.
"Jika salah seorang dari kalian sujud, maka janganlah men-derum
sebagaimana menderumnya unta. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya
sebelum kedua lututnya."
f. Melakukan perbuatan sebagaimana yang disebut dalam hadits-hadits berikut ini ketika sujudDari Abu Humaid ketika menggambarkan shalat Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam, dia berkata: "Jika sujud, beliau meletakkan kedua tangannya
tanpa menggelarnya (di atas lantai) dan tidak pula menggenggamnya.
Beliau hadapkan ujung jari-jemari kedua kakinya ke arah kiblat."
Dari al-Bara', ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ.
"Jika engkau sujud, maka letakkanlah kedua telapak tanganmu. Dan angkatlah kedua siku tanganmu."
Dari 'Abdullah bin Malik bin Buhainah Radhiyallahu anhu, "Jika Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, beliau rentangkan kedua tangannya
hingga tampak putih kedua ketiaknya."
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Aku mencari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tadi bersamaku di ranjang. Lalu aku
mendapatkannya sedang sujud sambil menggabungkan (merapatkan) kedua
tumitnya dan menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat."
Dari Wa-il bin Hujr Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Aku datang ke
Madinah dan berkata, "Sungguh aku akan melihat shalat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam." Dia kemudian menyebutkan beberapa hadits
dan berkata, "Kemudian beliau menyungkur sujud dan kepalanya berada di
antara kedua telapak tangannya…"
Dari Wa-il bin Hujr Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam sujud, beliau rapatkan jari-jemarinya."
Dari al-Barra', dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
salalm sujud dan meletakkan kedua tangannya di atas lantai, beliau
hadapkan kedua telapak tangan dan jari-jemarinya ke kiblat."
g. Melakukan perbuatan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini ketika duduk di antara dua sujud
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Beliau menggelar (membentangkan) kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya."
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu ahuma, dia berkata, "Termasuk sunnah shalat
adalah menegakkan kaki kanan dan menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat
serta duduk di atas kaki kiri."
Dari Thawus rahimahullah, dia berkata, "Kami berkata kepada Ibnu 'Abbas
tentang duduk di atas kedua telapak kaki." Dia berkata, "Itu termasuk
sunnah." Kami berkata padanya, "Tetapi kami memandangnya tidak pantas
bagi laki-laki." Ibnu 'Abbas lalu berkata, "Bahkan, itulah sunnah
Nabimu."
h. Tidak bangkit dari sujud melainkan setelah duduk tegak
Dari Abu Qilabah, dia mengatakan bahwa kami diberitahu Malik bin
al-Huwairits al-Laitsi, "Dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
sedang shalat. Jika beliau berada pada raka'at ganjil dari shalatnya,
beliau tidak bangkit melainkan setelah duduk tegak."
i. Bertumpu pada lantai ketika berdiri dari sebuah raka'at
Dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dia berkata, "Malik bin al-Huwairits
mendatangi kami. Lalu dia mengimami kami shalat dalam masjid kami ini.
Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya aku tidak ingin mengimami kalian dan
tidak ingin shalat. Akan tetapi aku ingin menunjukkan pada kalian
bagaimana aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat.’
Ayyub berkata, "Aku berkata pada Abu Qilabah, "Bagaimanakah shalat
beliau?" Dia berkata, "Seperti shalat syaikh kita ini, yaitu 'Amr bin
Salamah." Ayyub berkata, "'Amr bin Salamah menyempurnakan takbir. Jika
mengangkat kepalanya dari sujud kedua, dia duduk dan bertumpu pada
lantai kemudian berdiri."
j. Melakukan duduk pada dua tasyahhud sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini.
Dari Abu Humaid, dia berbicara tentang cara shalat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam : "Jika duduk pada dua raka'at, beliau duduk di atas
kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Dan jika duduk pada raka'at
terakhir, beliau masukkan kaki kirinya, menegakkan kaki yang satunya,
dan duduk di atas pantatnya."
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma : "Jika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam duduk dalam shalat, beliau letakkan telapak tangan
kanannya di atas paha kanannya. Beliau genggam semua jari-jemarinya dan
menunjuk dengan jari yang dekat ibu jari (jari telunjuk). Dan beliau
letakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya."
Dari Nafi', dia berkata: "Jika 'Abdullah Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma
duduk dalam shalat, dia letakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya.
Dia menunjuk dengan jarinya dan mengikutinya dengan pandangannya.
Kemudian dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
لَهِيَ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنَ الْحَدِيْدِ.
"Bagi syaitan, ia memiliki pengaruh yang lebih dahsyat dari-pada besi.”
Maksudnya jari telunjuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar